COMPUTER ANXIETY DAN KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA AKUTANSI
Syaiful Ali
Fadila
Dalam dekade terakhir, sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Tingkat pertumbuhan komputer dalam perusahaan pun terus bertambah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan peran teknologi komputer yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam dunia bisnis. Memiliki keunggulan dalam bidang teknologi khususnya komputer dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan di dunia usaha yang sedemikian ketatnya. Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada pola kerja sistem informasi akutansi.
Menyadari pentingnya penguasaan teknologi komputer dalam dunia bisnis, para pengajar akutansi menekankan pentingnya penggunaan komputer dan software di sebagian besar mata kuliah akutansi untuk membekali para mahasiswa sehingga dapat meningkatkan nilai jual mereka di masa depan. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan penggunaan komputer ke dalam kurikulum pengajaran akutansi. Keberhasilan program pendidikan akutansi yang telah terintegrasi dengan komputer ini sangat dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap komputer.
Dalam menghadapi perkembangan baru teknologi informasi, seseorang dapat menyikapi kehadiran komputer secara berbeda dan tidak jarang disikapi dengan penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer yang sering disebut dengan “computerphobia”. Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan stress. Stress yang timbul dapat berupa anxiety, namun adapula yang menghadapinya sebagai tantangan. Anxiety didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam.
Penelitian yang berkaitan dengan computerphobia dapat diklasifikasikan sebagai pengujian computer anxiety dan computer attitude. Computer attitude diartikan sebagai reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap komputer. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai computer anxiety adalah Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan oleh Larry D. Rossen dan Michelle Weil.
Teori kepribadian mendata dan mengartikan karakteristik seseorang setepat dan sesederhana mungkin. Teori Jung menekankan kepribadian individu secara keseluruhan (tipe), bukan karakteristik terpisah (sifat). Menurut teori, tipe terdiri dari bermacam sifat yang berinteraksi membentuk kepribadian. Karena dampak interaksi ini, sifat pada satu tipe akan memiliki dampak yang berbeda pada kepribadian tipe lain yang memilki sifat yang sama. Instrumen yang digunakan dalam tipe kepribadian ini adalah Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers.
Penelitian ini menguji beberapa hipotesis. Pertama, menguji hubungan antara tipe kepribadian dan anxiety mahasiswa terhadap penggunaan teknologi komputer. Kedua, menguji hubungan tingkat computer anxiety denga jenis kelamin dan ketiga menguji hubungan tingkat computer anxiety dengan IPK. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (FEB UGM) dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akutansi yang masih aktif (bukan alumni) yang berjumlah 125 orang yang terdiri dari 44 pria dan 81 wanita.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penyebaran kuesioner secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian. Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, menggunakan pengujian koefisien korelasi Pearson dan Cronbach Alpha. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah independent sample T test, sedangkan untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga adalah chi-square.
Hasil pengujian validitas item-item pertanyaan dalam instrumen CARS dan MBTI menunjukkan nilai korelasi antara skor tiap item dengan skor keseluruhan >0,3 untuk semua itemnya. Karena instrumen memiliki korelasi >0,3 maka dapat dikatakan bahwa semua item valid. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas instrumen menggunakan koefisien Cronbach Alpha dimana dikatakan reliabel jika koefisien >0,6. Pengujian reliabel instrumen CARS menunjukkan koefisien sebesar 0,795 dan pengujian instrumen MBTI menunjukkan koefisien sebesar 0,714 sehingga dapat dikatakan instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang reliabel.
Penelitian ini hanya menguji hubungan tiga variabel denga computer anxiety, dan hanya satu variabel yang memiliki interaksi signifikan dengan computer anxiety, yaitu tipe kepribadian.
Referensi
Ali, S., & Fadila. (2008). Computer anxiety dan karakteristik kepribadian pada mahasiswa akutansi. Jurnal Simposium Nasional Akutansi ke-11.
PENGARUH PENGENALAN KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK
Mukhammad Andri Setiawan, Army Widyastuti, Aulia Nurhuda
Saat ini, perkembangan teknologi telah merambah berbagai bidang. Teknologi tidak lagi sekedar untuk teknologi, tapi teknologi yang telah mencakup berbagai ranah kehidupan manusia, teknologi yang telah mempengaruhi kehidupan manusia, teknologi yang telah menjadi bagian integral kehidupan manusia.
Di era digital ini, semakin banyak anak-anak yang memiliki akses komputer di rumah atau disekolah untuk banyak hal, di mulai dari permainan komputer, membantu mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan melakukan chatting, email dan browsing di internet. Penelitian ini diharapkan mampu membantu untuk menunjukkan kepada orang tua dan pihak-pihak yang berkompeten untuk menggali dan memaksimalkan efek positif dan meminimalisir efek negatif dari penggunaan teknologi komputer pada anak-anak.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan berkesinambungan dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Salah satu prinsip perkembangan adalah proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang yang di pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Prinsip yang lain adalah semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, baik aspek fisik, emosi, intelegensi maupun sosial.
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang pengenalan komputer kepada anak yang diberikan kepada orang tua dari anak-anak tersebut. Dari kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh data bahwa semua anak telah diperkenalkan komputer oleh orang tuanya, baik berupa computer game, CD interaktif, dan Multimedia. Untuk mendapatkan data mengenai perkembangan anak, data dari kuesioner orang tua dilengkapi dengan tes perkembangan anak.
Alat tes yang dipergunakan untuk menentukan perkembangan anak adalah Kartu Perkembangan Anak (KPA). KPA merupakan wujud deteksi dini (screning) terhadap perkembangan anak. KPA dapat digunakan pada usia 1-60 bulan, terdiri dari 60 item dan masing-masing item mewakili satu bulan umur kronologis pada kategori anak perkembangan cepat, rata-rata, dan lambat. Item-item tersebut mencerminkan empat faktor dasar asapek perkembangan anak, yakni : kognisi, emosi, sosial, dan motorik.
Penelitian ini dilakukan di taman balita Al-Farisi Yogyakarta dan yang menjadi populasi penelitian ini adalah anak-anak yang berjumlah 12 orang. Pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan menggunakan Kartu Perkembangan Anak (KPA). Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa anak dengan interaksi komputer yang lebih intensif menunjukkan nilai KPA dengan selisih yang cukup tinggi dari nilai standar. Berdasarkan penelitian ini di peroleh kesimpulan bahwa teknologi khususnya komputer berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak.
Referensi
Setiawan, M. A., Widyastuti, A., & Nurhuda, A. (2005). Pengaruh pengenalan komputer pada perkembangan psikologi anak. Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Teknologi dan Informasi (SNATI).
SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL GANGGUAN JIWA DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS MOBILE CELLULAR
Sri Wahyuni Wita, Satria Perdana Arifin, Ibnu Surya
Perkembangan komputer dewasa ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Sistem pakar (Expert system) adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan solusi-solusi dengan kualitas pakar untuk problem-problem dalam suatu domain yang spesifik. Sistem pakar merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Dalam menghadapi suatu permasalahan sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki kepastian penuh. Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor, yaitu aturan yang tidak pasti dan jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Pada akhirnya akan ditemukan banyak kemungkinan diagnosis. Sejumlah teori telah ditemukan untuk menyelesaikan ketidakpastian, termasuk diantaranya probabilitas klasik, probabilitas bayes dan faktor kepastian (certainty factor).
Certainty factor diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Certainty factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan dan menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan.
Gangguan jiwa adalah perubahan suasana perasaan dan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang jelas, dan menyebabkan kendala terhadap diri sendiri atau orang lain. Pendapat yang berkembang di masyarakat penyakit jiwa identik dengan gila, ini adalah pandangan yang keliru turun temurun. Akan tetapi gangguan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa. Menurut laporan dari organisasi kesehatan WHO tahun 2001, sekitar 450 juta jiwa penduduk dunia menderita gangguan jiwa.
Dalam pengujian sistem ini terdapat 2 buah sistem yang dilakukan pengujian diantaranya pengujian terhadap aplikasi awal ganguan jiwa dan pengujian terhadap web admin. Pengujian terhadap aplikasi awal gangguan jiwa dilakukan dengan cara melakukan konsultasi dengan mencheklist minimal 3 pertanyaan berdasarkan gejala. Setelah melakukan cheklist, maka sistem akan menghitung gejala yang dialami berdasarkan metode yang dibuat. Pengujian terhadap web admin dilakukan dengan cara melakukan ubah data, hapus data, dan tambah data.
Dalam penelitian ini metode yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner terhadap 3 orang pakar dan 20 masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada 3 orang pakar, maka dapat dianalisa bahwa 93,33% mengatakan sangat puas dalam segi waktu, 80% mengatakan sangat puas dalam segi basis pengetahuan dalam melakukan diagnosa, 80% mengatakan sangat puas bahwa apliksi ini memberikan keakuratan dalam menampilkan yang di derita oleh user. 66,67% responden mengatakan puas dalam menggunakan aplikasi dan 86,67% mengatakan sangat puas aplikasi ini secara keseluruhan.
Kemudian berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada 20 masyarakat, maka didapatkan analisa sebesar 86% mengatakan sangat puas dalam segi interface, 80% mengatakan sangat puas dalam melakukan konsultasi penyakit neurosis, 83% mengatakan sangat puas karena mempunyai manfaat besar bagi user. 87% .
Berdasarakan hasil pengujian dan analisa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa apliaksi ini membantu masyarakat dalam melakukan konsultasi suatu penyakit neurosis, aplikasi ini dinyatakan user friendly untuk kategori dapat memudahkan user dalam melakukan konsultasi penyakit neurosis dan aplikasi ini layak untuk digunakan kepada masyarakat untuk mendiagnosa penyakit neurosis.
Referensi
Wita, S. W., Arifin, S. P., & Surya, I. (2012). Expert system diagnosa awal gangguan jiwa dengan metode certainty factor berbasis mobile cellular. Jurnal Teknik Informatika, 01, 9.
PENGARUH LONELINESS TERHADAP INTERNET ADDICTION PADA INDIVIDU DEWASA AWAL PENGGUNA INTERNET
Josetta M. R. Tuapattinaja
Nina Rahayu
Individu dalam tahap dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsur pokok dalam kepuasan suatu hubungan. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai. Namun, jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.
Loneliness merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan disebabkan adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dengan kenyataan kehidupan interpersonalnya akibat terhambat atau berkurangnya hubungan sosial yang dimilki seseorang.
Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness, sebenarnya masih dianggap dapat menjadi pedang yang bermata dua. Pada individu yang mengalami loneliness, di satu sisi penggunaan internet biasanya menimbulkan keuntungan seperti mengembangkan perasaan mendapat dukungan sosial dan di sisi lain orang yang mengalami loneliness menghabiskan banyak waktu online di internet.
Internet addiction diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, dan hampa saat tidak online di internet.
Subyek yang menjadi dalam penelitian ini adalah individu dewasa awal berusia 18 tahuan keatas dan telah menggunakan internet lebih dari 1 tahun yang berjumlah 56 orang. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan skala yang terdiri dari skala loneliness dan internet addiction. Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis regresi linear. Koefisien determinasi regresi menunjukkan bahwa loneliness memberikan sumbangan efektif sebesar 12,8% terhadap internet addiction. Selebihnya yaitu 87,2% internet addiction dipengaruhi oleh variabel lain.
Referensi
Tuapattinaja, J. M. R., & Rahayu, N. (2009). Pengaruh loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal pengguna internet. Jurnal Psikologia, 04, 02.
APLIKASI EXPERT SYSTEM TES KEPRIBADIAN BERBASIS WEB
Wawan Wardiana
Visca Veronika Tobing
Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam kehidupan baik dalam bidang pekerjaan maupun kemasyarakatan banyak sekali dipengaruhi oleh sikap dan sifat-sifat kepribadiannya. Dengan mengetahui dan mengerti diri sendiri secara langsung diharapkan dapat memperbaiki kekuranga-kekurangan yang ada pada diri orang tersebut berdasarkan petunjuk dan saran-saran yang diberikan oleh para pakar dalam bidang kepribadian.
Expert system merupakan salah satu perangkat lunak yangs sesuai untuk pemecahan permasalahan ini karena expert system dapat menyajikan dan menggunakan data yang ada pada knowledge based untuk menggantikan sementara kedudukan seseorang yang memiliki kemampuan dalam memprediksi dan menganalisis kepribadian seseorang.
Tes adalah suatu alat yang sudah di standarisasikan untuk mengukur salah satu sifat, kecakapan dan tingkah laku. Kepribadian adalah sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Jadi tes kepribadian adalah suatu alat untuk mengukur sifat dan tingkah laku manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Gambaran system dalam penelitian ini menggunakan 2 aliran proses yang digambarkan dengan Use Case Diagram dan Activity Diagram.
Pengujian terhadap aplikasi expert system tes kepribadian ini dilakukan dengan metode Blackbox Testing, yakni hanya menguji fungsi-fungsi yang ada pada aplikasi ini apakah berjalan sesuai keinginan pengguna atau tidak. Pengujian dilakukan oleh beberapa user dengan kategori umur yang berbeda yaitu 14-16 tahun, 17-21 tahun, 22-30 tahun dan 30 ke atas denga kategori kuat, rata-rata sampai kuat, lemah, dan rata-rata sampai lemah.
Berdasarkan hasil pengujian oleh beberapa user pada aplikasi expert system tes kepribadian ini dapat disimpulkan bahwa proses mengetahui kepribadian seseorang yang diterapkan dalam expert system yang berbasis web dapat membantu user dalam mengetahui kepribadian dirinya, sehingga dapat membantu untuk mengembangkannya..
Referensi
Wardiana, W., & Tobing, V. V. (2012). Aplikasi expert system tes kepribadian berbasis web. Jurnal Informatika LIPI.